Hakikat Belajar
Study |
Dari
pengertian-pengertian tersebut disimpulakan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku. Perubahan tersebut diperoleh melalui proses adaptasi dalam
kepribadian manusia secara alamiah dan ditampakkan Perubahan tersebut diperoleh
melalui proses adaptasi dalam kepribadian manusia secara alamiah dan
ditampakkan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, daya pikir, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan
lain-lain.
2.1.1.1
Unsur-unsur
Belajar
Menurut
Gagne (dalam Rohmawati, 2013:12) belajar merupakan sebuah sistem di dalamnya
terdapat berbagai unsur saling kait mengkait sehingga menghasilkan perubahan
perilaku. Unsur-unsur belajar yang di maksud:
1. Penginderaan
Digunakan menangkap rangsangan untuk mentransformasikan
hasil penginderaannya ke dalam memori yang kompleks; syaraf atau otot digunakan
untuk menampilkan kinerja menunjukkan apa yang telah dipelajari.
2. Rangsangan
(stimulus)
Peristiwa merangsang penginderaan pembelajaran
yang berada di lingkungan sekitarnya yang dialami oleh seseorang.
3. Memori
Dalam diri seseorang memori berisi
berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.
4. Respon
Merupakan tindakan yang dihasilkan dari
aktualisasi memori dari hasil belajar mengamati stimulus, adanya memori dalam
diri seseorang kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon
dalam pembelajaran diamati pada akhir proses belajar yang disebut perubahan
perilaku atau perubahan kinerja (performance).
Jadi
ke-empat unsur belajar berkaitan dengan pembelajaran meliputi: penginderaan,
rangsangan (stimulus), memori, dan respons (performance).
2.1.1.2
Prinsip-prinsip
Belajar
Menurut
Ratna Wilis Dahar (dalam Rohmawati, 2013:13) prinsip-prinsip belajar hendaknya dijadikan
pegangan guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat optimal. Adapun prinsip-prinsip meliputi:
1) Konsekuensi-kosekuensi
Prinsip yang paling penting pada
teori-teori perilaku ialah perilaku perubah menurut konsekuensi langsung.
Konsekuensi-menyenangkan “memperkuat” perilaku, sedangkan konsekuensi tidak
menyenangkan “melemahkan” perilaku. Konsekuensi-menyenagkan pada umumnya disebut
reinforser atau penguat,
sedangkan konsekuensi-tidak menyenangkan disebut hukuman.
2) Kesegeraan
(Immediacy) Konsekuensi
Salah satu prinsip dalam teori belajar
ialah konsekuensi perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku dari pada
konsekuensi yang lambat datangnya.
3) Pembentukan
(shaping)
Pembentukan digunakan dalam teori
belajar perilaku saat mengajarkan keterampilan baru atau perilaku dengan
meberikan reinforcement pada siswa untuk mendekati perilaku akhir yang
diinginkan.
2.1.1.3
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar
Menurut Anitah (dalam Rohmawati, 2013:13)
keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor berasal dari dalam diri siswa
(intern) dan dari luar diri (ekstern) Adapun faktor dalam diri siswa (intern)
yaitu kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan,
kesehatan, serta kebiasaan siswa. Faktor ekstern berupa lingkungan fisik dan non fisik
(termasuk suasana kelas seperti gembira, menyenangkan), linkungan sosial
budaya, lingkungan keluarga, program guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman
sekolah.
Sesuai
pendapat Slameto (dalam Rohmawati, 2013:14) faktor intern ada dalam diri
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern diluar individu. Adapun
faktor yang dimaksud:
a) Faktor
internal yaitu: faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh), faktor
psikologis (intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan).
b) Faktor
ekstern terbagi menjadi: faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, suasana rumah
tangga, dan keadaan ekonomi keluarga), faktor sekolah (metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar serta tugas rumah),
faktor masyarakat (keberadaan siswa hidup dimasyarakat berpengaruh terhadap
belajar siswa)
Berdasarkan beberapa pendapat dapat
disimpulkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar yaitu intern
(berasal dari diri siswa) meliputi: motivasi belajar; keadaan jasmani
dan psikologi siswa, dan faktor ekstern (berasal dari lingkungan siswa) yaitu:
keluarga, sekolah, masyarakat
2.1.1.4
Teori
Belajar
1) Teori
Kognitif
Piaget
(dalam Abdulloh, 2013:43) membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode
utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
a) Periode
sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Bagi
anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan
anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu
bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya.
Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya
terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat.
Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut
tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan
dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang.
Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya
mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.
b) Periode
praoperasional (usia 2–7 tahun)
Tahap
ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap
ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada
pemikiran logis, sehingga jika ia
melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda
pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum
memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan
materi, luas, dll. Selain dari itu, ciri-ciri anak pada tahap ini belum
memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.
c) Periode
operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Pada
umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan
benda benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan,
kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari
sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup
matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada
saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek
fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan
besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
d) Periode
operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Anak
pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang
abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan
lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau
peristiwa berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu
hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia
telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang
menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.
Comments